Nggowes Tipis-tipis dan Gimbal
Nggowes Tipis-tipis dan Gimbal
Oleh : Mukminin
Ahad pagi ini aku ikut nggowes tipis-tipis dengan istri dan kades posyandu desa Tlanak, Kedungpring, Lamongan. Kumpul di balai desa Tlanak jam 06.30. Istriku berangkat duluan aku ngisi angin sepada ontel yang belakang. Jarak rumah balai desa cukup dekat 150 m. Berada di pinggir jalan raya Kedungpring menuju Lamongan atau Kedungpring ke Babat dan Jombang. Tujuan gowes biar badan sehat kuat dan pikiran Fress.
Ibu-ibu yang kumpul hanya 8 orang sembilan dengan saya, biasanya ada 20 an orang maklum mulai garap sawah karena hujan sudah turun terus. Jadi ada yang ngirim suaminya dan preman ke sawah yang sedang galeng dan nraktor.
Ketika aku sampai depan balai desa Tlanak, istriku bersama kader posyandu mulai genjot sepedanya masing-masing, aku ikuti dari belakang.
"Kemana ngontelnya? ", begitu pertanyaan dari salah satu regu. " Kalen" begitu jawab istriku, nanti mampir sarapan nasi jagung di Kalen.
Udara sangat segar sekali karena siang dan malamnya kemarin hujan. Semua pakai masker. Jalan raya kendaraan agak ramai tapi yang gowes tidak begitu banyak. Setelah perjalan 3 km kami melewati pasar Kedungpring dengan monumen tugu apolo di pertigaan jalan. Tugu itu pas di depan pasar tradisional. Pasar Kedungpring ramai jika hari pasaran Senin Pahing, hari Ahad atau hari-hari besar agama.
Ketika melewati pasar Kedungpring ke arah barat menuju desa Kalen kendaran ramai. Ibu-ibu saya komando sepeda satu-satu. Ada 2 orang yang memompakan sepedanya agak kempot.
Setelah pasar Kedungpring sepeda terus digenjot melewati dusun Trewek desa Kandangrejo mulai terlihat banyak perumahan baru dan sawah-sawah banyak yang dikavling yang posisi dipinggir jalan raya. Tapi sawah masih luas membentang ke utara dan Selatan jalan raya. Petani mulai turun sawah untuk galeng dan mulai membajak sawah dengan traktor.
Udara semakin segar sepanjang 4 km sampailah di ujung timur desa Kalen uang berbatasan sawah. Di pojok sawah pinggir jalan raya itulah Kami berhenti di warung " Sego Jagung" yang terkenal murah dan enak.
Baru jam 06.30 warung sudah penuh orang sarapan pagi. Sepeda kami 9 orang di parkir selatan jalan raya dengan2 mobil karena di Utara jalan raya depan warung sudah penuh sepeda ontel, sepeda motor. Kulihat ada yang sudah makan ada yang antri ada yang keluar membawa banyak bungkusan nasi. Ketika duduk di meja makan aku ketemu 2 teman guru MIN MODEL Blawirejo yang gowes dan sudah selesai makan. Istriku tak suruh antri dan pesan 9 piring nasi jagung dan 9 teh hangat. 10 menit kemudian teh hangat datang dilayani seorang bapak dan sebentar disusul mbak yang membawa nasi jagung.
Langsung kupersilakan ibu-ibu untuk nyruput teh hangat. Aku langsung menyruput teh hangat yang segar, rasanaya manis dan teh aromanya enak. Semua pating klunting makan nasi jagung sayur lodeh rewel rasa bobor dan lauk telor utuh digoreng Bali dan perkedel ada sambel dikit dan lauk gimbal degan lahapnya.
Semua makan dengan lahap. Baru makan dengan menikmati gimbal sudah datang lagi mobil suami istri masuk warung dan rombongan gowes bapak-bapak yang seragam.
Mangkanya warung Sego jagung ini sangat terkenal, kalau hari kerja peagawi kecamatan banyak yang makan di warung ini. Padahal jarak kantor kecamatan ke sini 6 km dan di depan kecamatan banyak warung. " Ini waruang enak dan murah", kata temanku.
What is Gimbal?
Gimbal is...
Gimbal adalah khas makanan Lamongan. Saya saja bingung 31 tahun yang lalu tepatnya tahun 1989 aku baru diangakat jadi guru PNS. Ketika itu aku makan di warung disuguhkan gimbal di piring dengan lebar-lebar, " Monggo Pak niki gimbale", kata penjual. Aku bingung langsung saya makan. 'Lho, Iki lak tempe yang diiris lebar-lebar kemudian diberi tepung lalu digoreng", demikian gumamku. Kalau di Jombang namanya yo tempe goreng tapi diberi tepung. Rasanya dalam hati saya, "Gimbal iku lak sikil mancep ning bletok an tetus lemahe kelet ning sikil dadi sikile gimbal lemah kelet terus diwijik i banyu ben ilang gimbale",
Gimbal tadi dihidangkan dalam piring dengan lombok ijo yang segar.
*
Istri saya suruh bayar ternyata 9 nasi dan teh hangat dan 1 bungkus nasi untuk anak saya yang di rumah habis 83.000 rupiah. "Yah, gak kliru tah?" Tanya istriku. "Ora pancen murah", jawabku. Ibu kader depanku bilang "Esok tak ngontel dengan suami dengan anak terus sarapan di sini, kok enak tur murah", geh jawabku.
Kami bersembilan langsung kembali pulang dari kalen 8 km jadi PP 16 km. Suasannya jalan raya semakain rame dan kanan kiri jalan petani mulai siapkan sawahnya yang sudah ada air untuk galeng dan ada yang nraktor. Sampai di pasar Kedungpring aku dicegat istriku yang belanja karena saya pulangnya belakang. Belanjanya disuruh bawa pulang istri ngontel lagi ke desa Mekanderejo untuk jemput temanya bidan Sriyem untum tracing ke desa Tenggerejo dekat hutan dan waduk Prijetan yang luas yang dibangun zaman Belanda tahun 1916. Tujuannya tracing ke keluarga seorang mantri kesehatan meninggal karena Corona hanya dalam 3 hari positif. Corona di Lamongan meningkat dan Surabaya zona merah rumah sakit Unair tidak muat.
lanja saya bawa pulang dengan gowes sendiri jarak ke rumah kurang lebih 3 km. Dengan santai dan berkali-kali disapa penduduk walau maskeran sudah hafal. Pulang dengan berdoa semoga Corona cepat berlalu.
Sampai di rumah nasi jagung satu bungkus saya berikan anak saya yang sedang kuliah on line. "Dik segera sarapan", "Ya,bYah", jawabnya.
Usai sarapan anak saya mintai tolong untuk pegang tangga aluminium atau (gafalum) untuk memasang neon box plakat Bidan Delima yang 4 bulan belum saya pasang karena lampunya mati dan tulisan hampir hilang. Dan Alhamdulillah 4 hari yang lalu sudah jadi saya bawa ke tukang lampu neon box. Karena tinggi memasangnya saya minta bantuan anak saya. Tapi sayang tulisan nama gelarnya salah, padahal sudah saya buatkan konsep. Ya sudahlah memang kurang paham EBBI. Saya maklumi dan tetap saya pasang sekaian untuk promosi dan penerangan jalan.
Salam Literasi !
Lamongan, Ahad 6 Desember 2020
Haha, laporan pandangan mata dan reportase yang sangat "mengini" bikin ingin
BalasHapusGimbalnya enak Pak Pak D Susanto
BalasHapusMatur suwun kunjunganipun.
BalasHapusMantap pak bersantap setelah gowes. Lezaat.
BalasHapusYuk mampir Lamongan makan soto Lamongan, nasi boran dan jgn lupa GIMBAL
HapusMantaps dan enak gimbalnya,,, sukses cak
BalasHapusYuk.CAK AHSAN ka Lamongan makan Gimbal
HapusBiasakan gowes biar sehst
BalasHapusSiap mampir nasi.jagung dan lauk GIMBAL Mtr swn
HapusE n a a k... Gurih ceritanya seperti makanannya
BalasHapusTerima kasih kalau di sini namanya apa Pak Roni,?
HapusGimbal is badokan, eh camilan sore2 musim hujan, Ba, siiip
BalasHapusTul sekali gurih anget 2 limarutusab joz. Iki sponsor org keliling jualan gorengan
BalasHapusAsyiknya busa gowes dan silahturahmi ya
BalasHapusJih Bun alhamdulilah sini gowes itu eforia. Sampai toko spd kehabisan
Hapuswah asyiknya naik sepeda ontel
BalasHapusRefresing Om Jay dg ibu 2 cari sego jagung lawuh GIMBAL.
HapusNanti kalau Om Jay k Lmg bisa makan GIMBAL dg sy. Uenak O.Jay.