Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2021

Guru Sebagai Sahabat

Gambar
                                                  Guru Sebagai Sahabat                                                         (Kisah Nyata) Oleh : Mukminin Tahun pelajaran 2020-2021 adalah tahun yang penuh tantangan. Betapa tidak, di tahun ini banyak pengaruh terhadap dunia pendidikan anak-anak di sekolah tempat saya mengajar. Tahun ini mulai eforia menjamurnya warung-warung warkop plus WiFi. Di desaku saja ada lebih 20 warung kopi plus WiFi. Fenomena ini sungguh memilukan hati, tanpa ada peduli penduduk, aparat desa, bahkan aparat kecamatan.  Anak-anak SD, SMP, SMA baik swasta maupun negeri sebagian besar siswanya yang laki-laki terhipnotis dengan tersedianya WiFi gratis. Bukan siang saja bahkan sore dan sambung sampai larut malam dan pagi hari. Anak-anak yang gemar main game, ngobrol dan begadang tiada henti. Seperti orang kecanduan. Ketika masuk sekolah dan kegiatan belajar mengajar ketika tatap muka belum ada Corona hampir tiap kelas dan tiap hari siswa laki-laki dari jumlah 16 an

Mendung Bukan Bencana

Gambar
 Mendung Bukan Bencana Oleh : Mukminin Mendung bukan berarti bencana. Angin akan  membawa hujan turunkan air gemericik di atas bongkahan tanah kerontang rindukan hujan. Terik beraneka rupa biji-bijian di atas bongkahan yang terbungkam. Mendung bukan bencana bisa ujian menuju kelulusana. Jalani penuh sabar, semangat ikhtiyar, berdekatdekatan dengan Tuhan.  Mendung akan megindahkan bumi dengan pelangi dan  rintik  gerimis diiringi senyum sinar mentari di pagi hari disambut gindrang anak pinak lari kegirangan di pematang sawah ladang bersama  angin sejuk menerpa hati penuh kedamaian. Rumah Syair Tlanak, 1 Agustus 2021. 05.39 Cak Inin Mukminin

Lepaskan Puisimu yang Memesona

Gambar
 Lepaskan  Puisimu yang Memesona  Oleh : Mukminin Kata-kata puisimu bernyawa, laksana jiwa yang hidup menerobos lorong waktu tanpa batas cakrawala Kata-katamu itu halus merasuk sukma menabur pesona menggugah hati yang pongah Membuka mata hati mati lupa diri Membangun jiwa yang mati suri  Menyadarkan diri baju penguasa yang lupa akan  sumpah  janji  Kata-katamu itu berjiwa hidup bernyawa Lepaskan kata-kata puisimu dengan memesona Yang meluluhkan hati nurani berlumuran noda tuk mencuci diri mendekap hati luruh pada Ilahi Rumah Syiar Tlanak, 27 Juli 2021 Cak Inin Mukminin

Sekapur Sirih ( KIDUNG HATI)

Gambar
 Sekapur Sirih  ( KIDUNG HATI)  Oleh : Mukminin Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah Swt yang  selalu melimpahkan rahmad, taufik dan hidayahnya sehingga penulis bisa menyelesaikan buku yang berjudul KIDUNG HATI . Sholawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada Nabi Agung Muhammad Saw. Walau kita diuji dalam pandemi kita tetap bisa berkarya, bekerja dan  beribadah kepadaNya. Kidung Hati adalah kumpulan Sajak yang lahir dari  pandemi Covid-19 yang Samapi saat ini belum selesai. Karena dalam pandemi muncul banyak permasalahan yang memancing emosi dan perasaan untuk ditulis dalam sajak.  Kidung Hati berisi sajak tentang kehidupan, agama, kritik sosial, teleransi, alam, dan ajakan kembali pada yang kuasa, karena kita adalah lemah. Kumpulan sajak ini dutulis dengan gaya yang berbeda, sederhana tapi mengena, penuh arti. Anda penasaran, silakan segera miliki buku ini dan  bacalah dengan hati! Salam Literasi!   Lamongan, 24 Juli 2021 Penulis,  Cak Inin Mukminin

Purnama Tersenyum Kembali

 Purnama Tersenyum Kembali    Oleh : Mukminin  Malam ini purnama tersenyum simpul berbinar di atas    desaku  Satu bulan zona merah membara berlalu  Saban hari satu dua tiga bahkan lima kali jatuh pilu Suara corong speker masjid bunyi "Innalilahi",  Bukan sekali tapi berkali-kali  Peti mati berjatuhan tiap hari  Sirine ambulan mati maraung-raung saban hari meluluh hati Pangeduk makam siang malam tanpa henti Sampai angkat tangan tak kuat keduk lagi Pasukan keduk yang lain datang mengganti  90 x 2 M rumah baru harus tersaji  Keduk makam tanpa minta upeti  Hanya sekedar amplop kecil menempel di cangkul berlepotan tanah dan basah tetes keringat membasahi  Satu bulan Juni 32  saudara-saudaraku muslim dipanggil menghadap kembali  Ke alam akhirat 16 terpatri peti mati  Tanda covid-19 menggrogoti Di depan  ambulan kami shalati  Dijaga diantar babinsa dan polisi bersama tukang pemakaman  dari rumah sakit berpakaian prokes penuh hati-hati Sebagian kecil handai taulan menghadiri lainnny

Rindu Senyum Bersama

Gambar
 Rindu Senyum Bersama  Oleh : Mukminin Suara berita semakin membara Duka Covid-19 yang tiada henti-hentinya Kematian meraja lela  Menyesakkan dada Manusia mengumbar nafsu egonya tanpa terbendung kobaran angkara murka membara Celotehan suara, tulisan, warta menghipnotis disebar bagai bunga  Perang opini bertanding menyesakkan dada Ia lupa tiap hari peti mati berjatuhan di mana-mana Bukankah semua akan kembali kepadaNya? Dada ini haus bening telaga Kibasan angin gunung semriwing merasuk sukma  Berjamaah bersama, kumpul keluarga beranjang sana seperti dahulu kala bisa ngopi bersama  Rindu belajar tatap muka tanpa  mulut tersumbat menyesakkan dada penghalang nafas lega Tinggalkan ego kita Manusia punya hati punya rasa tuk  patuh  bersama aturan Tuhan aturan negara demi kelangsungan hidup damai sentausa sejahtera lepas cengkraman  wabah membahana saling asah asih asuh bersama menjujung tinggi toleransi hidup berdampingan senyum bersama Rumah Syiar, Tlanak 15 Juli 2021

Pengantar Buku Kiat Mudah Menulis dan Menerbitkan buku

Gambar
 Trilogi Menulis: Teori, Praktik, dan Komitmen Oleh Dr. Ngainun Naim Dunia menulis menarik minat banyak orang tetapi hanya sedikit yang mampu melakukan. Simak saja bagaimana orang begitu berbondong-bondong ikut workshop atau kelas-kelas menulis di era pandemi ini. Ada yang berbayar, ada yang gratis. Dari sekian peserta yang ikut, hanya sebagian kecil saja yang mau dan mampu menekuni dunia menulis secara konsisten. Sisanya hanya bersemangat di awal lalu hilang entah ke mana. Realitas semacam ini tidak hanya sekarang saja. Dulu, kini, dan masa mendatang akan selalu begitu. Perbedaannya hanya pada prosentase saja. Selebihnya secara umum tetap sama, yakni menulis hanya akan ditekuni oleh sebagian kecil orang saja. Justru di sinilah sisi menariknya. Banyak peminat, tetapi sedikit yang bisa bertahan. Mereka yang bertahan inilah yang akan mendapatkan banyak hikmah dan keunggulan. Hikmah dalam banyak bentuk dan keunggulan karena bisa menulis di tengah banyaknya orang yang tidak bisa menulis. M

Motivasi Pagi Awal Pelajaran Baru 2021-2022 ( Untuk Anakku Kelas IX E)

Gambar
 Motivasi Pagi Awal Pelajaran Baru 2021-2022 ( Untuk Anakku Kelas IX E)  Oleh : Mukminin* Assalamualaikum W.W. Mari kita mengucapkan rasa  bersyukur kepada  Allah karena kita diberi kesehatan lahir  batin, sedangkan mungkin saudara, tetangga dan teman kita banyak yang dipanggil ke alam baka karena sakit dan kena  Covid-19.  Mari kita Syukuri dengan selalu beribadah shalat dll dan patuhi protokol kesehatan dengan  memakai  masker kemana-mana, dan 5 M lainnya.  Kita syukuri dengam umur panjang dengan  belajar yang sungguh-sungguh untuk MASA DEPAN KITA.  MASA DEPAN KITA KITA SENDIRI YANG  MENENTUKANNYA BUKAN ORANG LAIN. MAKA DARI ITU YUK..KITA BELAJAR DENGAN  SEMANGAT DAN SUNGGUH-SUNGGUH  DENGAN MELAKSANAKAN IBADAH KARENA ALLAH SEMATA. YAKINLAH CITA-CITA KALIAN AKAN TERCAPAI DENGAN BELAJAR SMART DAN BERDOA.  Semoga kalian semua jadi orang sukses dunia akhirat. Sekali lagi di tanganmu sendiri masa depanmu yg menentukan  dg izin Allah.  Smg Allah mengabulkan cita-cita kita. Aamiin Yra.  &qu

Pengantar Penerbit Buku Langkah Pasti Menulis Artikel untuk Koran dan Majalah

Gambar
 Pengantar Penerbit  Buku Langkah Pasti Menulis Artikel untuk Koran dan Majalah Oleh : Mukminin * Artikel adalah suatu karya tulis dengan panjang tertentu yang berisi gagasan atau fakta yang dapat membujuk, meyakinkan, mendidik, dan menghibur pembacanya, serta dipublikasikan ke suatu media (buletin, majalah, koran, website, media sosial, dan lainnya). Adapun tujuan dan manfaat  menulis  artikel antara lain sebagai berikut:  1. Sebagai sarana untuk menyampaikan gagasan penulis kepada pembaca. 2. Sebagai sarana publikasi hasil pemikiran secara ilmiah dengan penggunaan bahasa yang baik dan sistematis. Buku "Langkah Pasti Menulis Artikel untuk Koran dan Majalah" berisi kiat menulis dan cara mempublikasikan di media masa. Buku ini ditulis Bapak Madin, S.Pd.,S.Sos.,M.M. secara runtut dan sistematis disertai beberapa contoh untuk memudahkan pembaca memahami buku ini. Saya mengucapkan selamat kepada Bapak Mardin, S.Pd., S.Sos,.M.M. sebagai guru  hebat dan kreatif dari SMP Alkhairaat

Berebut Susu

Gambar
 Berebut Susu  Oleh : Mukminin  Ha ha ha berebut susu berebut susu susu siapa susu itu? Kok jadi viral melulu susu siapa susu itu susuku atau susumu kok jadi rebutan melulu lupakah kamu pada menyusu ibumu 24 bulan berlalu sudah kau bayarkah air susu ibumu?  Kau anggap itu semu itu hanya cerita masa lalu mengapa susu kaleng beruang kau eluelu padahal kau lupa hadiah gratis air susu ibumu seperti orang tak tahu malu.  Oh kita tertipu bukankah itu susu beruang kita sendiri sudah bokek setahun lalu hahaha mengapa mengikut bikin hidup kagetan gumunan panikan hahaha bukankah kita lama belajar tentang menyusu dua puting ibu tak keburu meski ayah menunggu hahaha. Rumah Syiar Tlanak, 6 Juli 2021 06.17

Aku Mendapat Gelar LC

Gambar
 Aku Mendapat Gelar LC Oleh : Mukminin Kamis, 17 Juni  2021 aku berangkat ke RSUD Soegiri Lamongan untuk mencabut  gigi yang kedua. Cabut gigi yang pertama Kamis minggu yang lalu. Mengapa harus mencabut gigi ke dokter gigi? Karena  beberapa gigi  saya banyak yang lubang dan sudah tidak bisa ditambal lagi dan ada yang tinggal akarnya saja. Kalau tidak diambil mengganggu waktu malam dan maaf agak bau.  Mencabut gigi yang pertama langsung 2 gigi atas sebelah pipi kanan. Dokter spesialis gigi baik sekali pelayanannya. Saya masuk ruang poli gigi langsung duduk di kursi pelayanan lalu dokter yang yunior dengan pakain APAD ala astronot dengan rangkap masker dan pakai fasil menyuruh  saya membuka mulut untuk dilihat gigi mana yang dicabut dengan alat seperti sedok kecil ya ada cerminnya. Saya katakan gigi pipi kiri atas yang belakang.   Saya pejamkan  mata dan dokter senior memasukkan alat yang dimasukkan ke mulut lihat posisi gigi yang akan dicabut.  Setelah itu dokter menyuruh saya kumur air

Ki Manteb Soedarsono Mendapat Hidayah dari Buah Hatinya

Gambar
 Ki Manteb Soedarsono Mendapat Hidayah dari Buah Hatinya  Oleh : Mukminin Ki Manteb Soedarsono adalah seorang dalang wayang kulit ternama yang dari Jawa Tengah. Karena keterampilannya dalam memainkan wayang, ia pun dijuluki para penggemarnya sebagai Dalang Setan ( karena kemampuannya menggerakkan wayang / sebetan dengan sangat cepat dan berputar-putar. Ia juga dianggap sebagai pelopor perpaduan seni pedalangan dengan peralatan musik modern. Wikipedia.  Ki Manteb Sudarsono lahir Selasa Legi 31Agustus 1948 di dukuh  Jati Malang, Kelurahan Palur, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah. Meninggal dunia usia 72 tahun tepatnya 2 Juli 2021 pukul 09.41 di rumah duka dukuh Suwono, desa Ndomplang, Kecamatan Karangpandan, Karanganyar Beliau lahir dari keluarga seniman dalang. Kakeknya Dalang Tus adalah dalang kondang, ayahnya Ki Hardjo Brahim Hardjowijoyo yang sangat disegani pada masa kejayaannya dan ibunya presiden dan perawit yang berpengalaman. Para penggemar dan pemirsa sangat hafal den

Ki Manteb Soedarsono Mendapat Hidayah dari Buah Hatinya Oleh : Mukminin Ki Manteb Soedarsono adalah seorang dalang wayang kulit ternama yang dari Jawa Tengah. Karena keterampilannya dalam memainkan wayang, ia pun dijuluki para penggemarnya sebagai Dalang Setan ( karena kemampuannya menggerakkan wayang / sebetan dengan sangat cepat dan berputar-putar. Ia juga dianggap sebagai pelopor perpaduan seni pedalangan dengan peralatan musik modern. Wikipedia. Ki Manteb Sudarsono lahir Selasa Legi 31Agustus 1948 di dukuh Jati Malang, Kelurahan Palur, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah. Meninggal dunia usia 72 tahun tepatnya 2 Juli 2021 pukul 09.41 di rumah duka dukuh Suwono, desa Ndomplang, Kecamatan..... Beliau lahir dari keluarga seniman dalang. Kakeknya Dalang Tus adalah dalang kondang, ayahnya Ki Hardjo Brahim Hardjowijoyo yang sangat disegani pada masa kejayaannya dan ibunya presiden dan perawit yang berpengalaman. Para penggemar dan pemirsa sangat hafal dengan Ki Dalang Manteb Soedarsono, apalagi beliau menjadi sponsor iklan oskadon di televisi. Degan memegang wayang meneriakkan " Oskadon, pancen, Oye ! Ki Manteb Sudarsono pemegang Rekor Muri dengan predikat mendalang 24 jam tanpa henti dengan lakon perang Baratayudha di RRI Semarang tanggal 4-5 September 2014. Ki Dalang Manteb Sudarsono adalah seorang Mu'alaf kejawen Bani Rahayu. Beliau masuk Islam atas petunjuk Allah lewat putranya yang bernama Danang. Mari kita ikuti kisah selanjutnya yang saya dicopas dari resume saudara saya Helmy Tanjung S. Penyair Lamongan yang sangat apik dan beliau copas dari http:m.republika.co.id/berita/97402/Ki-manteb-soedarsono-hidayah-lewat-sang-buah-hati Ki Dalang Manteb Soedarsono adalah seorang kejawen, kejawen nyel, anti syariat islam, seorang pluralisme agama yang menganggap semua agama itu sama saja alias podo wae.. Pindah-pindah agama bagi beliau itu sudah biasa, pindah ke islam, pindah ke katolik, pindah ke budha itu hal biasa bagi beliau.. Tapi Allah berkata lain, kerasnya hati ki dalang setan ini luluh oleh "kerasnya hati" Danang anaknya.. Kalau ki dalang keras hati dalam kejawennya maka danang sebaliknya, keras hati dalam komitmen keislamannya.. Danang, bocah mungil kelas 3 SD yang keras hati dalam komitmen islam mampu meluluhkan keras hati ayahandanya. Singkat cerita, singkat tapi panjang ya.. Hahaha Baca pelan2 deh.. Seru ceritanya, sayang kalau dilewatkan.. Saat itu ia tengah duduk termenung di teras rumah di Desa Doplang, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Cuaca gerah lantaran sengatan terik matahari persis di atas ubun-ubun. Ia melihat si anak, Danang, dan bocah sebayanya, tengah berjalan kaki di pematang sawah hendak menjalankan shalat Jumat. ''Wow iya, bocah semono mlaku telung kilometer turut galengan panas-panas neng desa tonggo mung arep shalat Jemuah, (Oh iya, anak segitu jalan kaki tiga kilometer di pematang sawah, panas-panas, ke desa tetangga hanya untuk melaksanakan shalat Jumat),'' batinnya. Saat itu, keimanan Ki Manteb, masih campur aduk. Islam tidak, Hindu tidak, dan Kristen juga tidak. Melihat anaknya sedang menuju masjid, terenyuh juga hatinya yang keras bagai batu itu. Ia terketuk. Dalam hatinya, ia berkata, Seandainya di dekat rumahnya ada masjid, pasti anaknya tidak lari panas-panas di pematang sawah sambil menggamit kain sarung kalau hanya untuk melaksanakan shalat Jumat. Menjelang pelaksanaan shalat Jumat, Ki Manteb menghampiri si anak. Ia menyarankan, agar anaknya naik mobil diantar sopir menuju masjid, biar tidak kepanasan. Tak dinyana, sarannya itu ditampik sang anak. Anaknya bersikap acuh. dan mengatakan sesuatu yang sangat menusuk hatinya. ''Mending jalan. Biar jauh jaraknya ke masjid, pasti pahalanya banyak. Saya mau naik mobil, asal bapak juga ikut shalat,'' tegas Danang. Pernyataan anaknya itu, benar-benar membuatnya harus berpikir keras. Namun, tak sempat ia memberikan jawaban, sang anak sudah pergi. Tinggal dia sendiri sambil termenung. Ia membayangkan sikap anaknya yang atos (keras) seperti sikapnya selama ini. Ia merasa berat melaksanakan shalat. Jangankan shalat Jumat, shalat lima waktu lainnya pun sering ia tinggalkan. Namun, sikap anaknya yang keras dan mengatakan hanya akan mau naik mobil kalau dia juga shalat, terus membayanginya. Ia lalu berencana untuk membangun masjid di dekat rumahnya. Tak berapa lama kemudian, rencananya itu ia wujudkan dengan membangun masjid. Apalagi, ketika itu kariernya sebagai dalang, juga makin naik pamor. Dan dalam tempo delapan bulan, berdirilah sebuah masjid. Persis di depan rumahnya. Namun, ketika masjid sudah berdiri, bukannya tambah senang, sebaliknya ia merasa hatinya tambah gundah. Sebab, ia tidak pernah datang ke masjid. Apalagi melakukan shalat di dalamnya. Hampir setiap hari, Ki Manteb jadi bahan ejekan dan olok-olokan rekan seprofesinya. Saban pentas wayang kulit sebulan sekali, Selasa Legen memperingati hari kelahirannya di rumahnya, ia mesti kena sindir. Setiap dalang yang pentas mengkritik. ''Lha iya, sudah bangun masjid megahnya seperti ini, kok belum shalat juga,'' sindir para dalang itu. Begitu juga dengan sikap Danang. Si kecil ini tak bosan-bosan mengajaknya untuk mendirikan shalat. Bahkan, si bocah yang baru kelas tiga SD itu, meminta bantuan Ki Anom Suroto salah seorang dalang senior agar membujuk bapaknya untuk shalat. ''Pakde, mbok bapak diajak shalat. Wong sudah membangun masjid, kok belum shalat juga,'' rayu Danang pada Ki Anom. Dan, dalang kondang asal Solo itu pun terenyuh dengan permintaan Danang. Ia membujuk Ki Manteb untuk mendirikan shalat. Berbagai bujukan dan rayuan, baik dari anaknya maupun rekan sesama dalang, tak menggoyahkan hati Ki Manteb untuk mengerjakan shalat. Ia malah makin kukuh pada keyakinannya. Islam tanpa harus shalat. Hatinya mengeras bagai batu karang. Tak runtuh oleh deburan ombak yang keras. Namun, upaya Danang tak berhenti sampai di situ. Sikap keras ayahnya, ia lawan dengan keras pula. Mogok. Danang emoh pulang dan tinggal di rumah. Ia lebih memilih masjid sebagai sarana untuk mengubah sikap ayahnya. Hari-harinya dihabiskan di masjid. Berangkat sekolah dari masjid. Pulang sekolah juga ke masjid. Tidak mau pulang ke rumah. Tidur juga di masjid. Kalau tidak dikirim makanan dari rumah, juga tidak mau makan. Ibundanya, Srisuwarni, yang mengalah. Setiap hari, sang bunda mengirim bekal makan ke masjid untuk anak tercinta. Melihat hal ini, emosi dalang pengagum sosok Buto Cakil dan 'Ketek' Anoman ini, makin tak keruan. Ia dongkol campur jengkel. Ki Manteb menganggap anak ragil (bungsu), sudah tidak bisa diatur. Batinnya muntab. ''Dasar anak kurang ajar, berani mengatur orang tua,'' batin Ki Manteb. Hari demi hari, bulan demi bulan, hingga bertahun-tahun, perang urat syaraf antara anak dan bapak ini, tak berhenti juga. Belum ada gencatan senjata atau kata damai di antara keduanya. Perang terus berlanjut, hingga tiga tahun lamanya. Selama itu pula, Ki Manteb dan anaknya neng-nengan (diam, tak bertegur sapa) dengan anaknya, Danang. Tidak ada komunikasi ini sejak Danang duduk di kelas tiga hingga kelas enam SD. ''Anak itu saya biarkan selama tiga tahun, dari 1992 sampai 1995,'' ungkap Ki Manteb. Namun, hidayah Allah SWT, akhirnya mampu membuka hati Ki Manteb yang keras bagai batu itu menjadi lembut. Ketika itu, Desember 1992, istrinya, Srisuwarni, dan kedua anaknya (Danang dan Gatot) hendak melaksanakan umrah. Mereka bertiga, hendak pamit ke Tanah Suci. Dari sini, mulai muncul kesadaran Ki Manteb. ''Saya ini bekerja cari duit, ya untuk anak istri. Masak, anak istri di Makkah, saya ongkang-ongkang sendirian di rumah,'' ujarnya. '' Keglelengan (kesombongan) saya saat karier menanjak, duit banyak, saat itu runtuh perlahan-lahan. Ini semua karena terpengaruh anak-istri. Maka, saya memutuskan, saya harus ikut umrah juga,'' lanjutnya. Ia mengaku kalah dengan sikap anaknya. Karena itu, sebelum berangkat umrah, Ki Manteb mengikrarkan diri mengucap dua kalimat syahadat di masjid yang dibangunnya. Kalangan seniman, pejabat pemerintah daerah, tokoh masyarakat, dan tokoh agama diundang. Termasuk Bupati Karanganyar saat itu, Sudarmaji. Pimpinan Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo, KH Muhammad Amir SH, yang menuntunnya mengucapkan dua kalimat syahadat. Awalnya, Ki Manteb mengaku, tak begitu yakin dengan semua agama yang ada. Baginya, agama apa pun, sama saja. Karena itu pula, ia pernah mengikuti semua agama dan aliran kepercayaan. Pernah menjadi penganut agama Hindu, Budha, Kristen, Katolik, maupun beragam aliran kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa (YME). Berpindah-pindah agama hal yang biasa. Dan, selalu berakhir dengan ketidakyakinan dan ketenteraman. Menurut Ki Manteb, kala itu, semua agama itu baik. Semua itu tergantung pada manusia yang menjadi penganutnya. Namun, setelah memahami dan mendalami serta merasakan betapa kuatnya keyakinan sang anak terhadap agama Islam, ia pun merasa lebih tenteram saat menjadi seorang Muslim. ''Hati ini teduh, damai, dan pasrah pada Tuhan,'' terangnya. Maka, pada 1996, bersama keluarganya, Ki Manteb menunaikan ibadah haji. Sebelum berangkat, ia sempat mengisi pentas wayang kulit di Hari Ulang Tahun (HUT) Taman Mini Indonesia Indah (TMII) atas permintaan Pak Harto dan Ibu Tien. Ketika itu, Pak Harto mendoakannya agar menjadi haji yang mabrur. Dan saat tengah menunaikan ibadah haji, ia menerima kabar bahwa Ibu Tien Soeharto meninggal dunia. Seusai melaksanakan rukun Islam yang kelima, ia pun menyandang predikat haji. Nama itu, ternyata menambah beban baginya. Sebab, sepulang dari haji itu, berbagai olok-olokan kembali dialaminya dari sesama dalang. Ada yang menyebutnya sebagai kaji abangan, kaji kejawen, kaji merah, kaji campur bawur, kaji etok-etokan, dan sebagainya. Namun, semua itu ia abaikan. Ia yakin, yang mengolok-olok itu belum tentu lebih baih baik dari yang diolok-olok. ''Malah sudo (berkurang) dosanya,'' katanya. Sejak menjadi Muslim, Ki Manteb Sudarsono merasakan sebuah keajaiban dalam dirinya. Ia merasa semakin pasrah dan tawakkal kepada Allah. Dahulunya, kata Ki Manteb, hidupnya serba kemrungsung (tergesa-gesa). ''Kalau lagi sepi job (kerja), saya bingung, gelisah. Nanti makan dari mana, ya. Namun, sekarang lebih semeleh (berserah diri). Ada job atau tidak, biasa saja. Semua rezeki, Allah yang mengatur,'' terangnya. Dan, benar saja. Semua dijalani mengalir seperti air. Falsafah Jawa, Urip iku sakdermo nglakoni (Hidup itu hanya sekadar menjalankan), terasa tepat untuknya. Kalau lagi sepi job, justru ia manfaatkan untuk beribadah. Dan kalau lagi ramai tanggapan (permintaan), ia senantiasa ingat Allah. ''Sekarang lebih gampang bersyukur. Selalu bersikap pasrah dan berserah diri kepada yang kuasa. Hidup ini dinikmati serba tenteram dan damai selalu,'' ujarnya. Ki Manteb menyatakan, seorang dalang memiliki peran yang sangat penting. Terutama dalam upaya sosialisasi, penerangan, dan mengajak masyarakat pada kebaikan. Karena itu, dibutuhkan wawasan dan pengetahuan keagamaan untuk mengajak orang. ''Dalang mesti mampu menyampaikan pesan amar ma'ruf nahi munkar dalam dunia pekeliran,'' ujarnya. Selamat jalan Ki Manteb Soedarsono ke kehidupan yang sebenarnya, semoga amal shaleh Ki Manteb yang ditinggalkan diterima Allah Swt dan menjadi inspirasi bagi kita semua dan semoga Husnul khotimah. Aamiin Yra. Sumber : https://m.republika.co.id/berita/97402/ki-manteb-soedarsono-hidayah-lewat-sang-buah-hati

 Ki Manteb Soedarsono Mendapat Hidayah dari Buah Hatinya  Oleh : Mukminin Ki Manteb Soedarsono adalah seorang dalang wayang kulit ternama yang dari Jawa Tengah. Karena keterampilannya dalam memainkan wayang, ia pun dijuluki para penggemarnya sebagai Dalang Setan ( karena kemampuannya menggerakkan wayang / sebetan dengan sangat cepat dan berputar-putar. Ia juga dianggap sebagai pelopor perpaduan seni pedalangan dengan peralatan musik modern. Wikipedia. Ki Manteb Sudarsono lahir Selasa Legi 31Agustus 1948 di dukuh  Jati Malang, Kelurahan Palur, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah. Meninggal dunia usia 72 tahun tepatnya 2 Juli 2021 pukul 09.41 di rumah duka dukuh Suwono, desa Ndomplang, Kecamatan..... Beliau lahir dari keluarga seniman dalang. Kakeknya Dalang Tus adalah dalang kondang, ayahnya Ki Hardjo Brahim Hardjowijoyo yang sangat disegani pada masa kejayaannya dan ibunya presiden dan perawit yang berpengalaman. Para penggemar dan pemirsa sangat hafal dengan Ki Dalang Manteb S