Ku Sentuh Hati Gozwan Oleh : Mukminin, M.Pd.

Ku Sentuh Hati Gozwan
Oleh : Mukminin, M.Pd.


       Pagi itu  gawai-ku berdering. Ada panggilan masuk, nomor tanpa nama. Kuangkat saja siapa tahu ada sesuatu hal penting. Aku baru pakaian dinas harian warna keki. Lengkap dengan lencana korpri dan papan nama menempel di dada. Ikat pinggang pun baru kuselipkan. Kuangkat saja walau nomor HP tak kukenal.
     “Kring, kring” HP kuambil di dompet ikat pinggan sebelah kiri. 
     “Halo assalamualaikum, dari siapa ini, ada yang bisa saya bantu” ucapku.
    “Waalaikum salam, Bapak saya Sri Utami. Wali murid kelas IX-E yang wali kelasnya Panjenengan,” begitu tuturnya di ujung gawai.
      “Ya ada yang perlu disampaikan, mangga.”
      “Begini Pak, minta tolong anak saya Gozwan, sudah sering tidak masuk alpa. Sehingga saya pernah dipanggil guru BK dan diberi peringatan supaya anak saya aktif sekolah kembali” dengan nada serius. Kudengarkan terus curhat ibunya Gozwan.
     “Nggih mangga, lanjut Bu” terus apa yang dilakukan Gozwan kok sering alpa dan setiap hari waktu kegiatan belajar mengajar sering tidur sehingga tugas-tugas pelajaran banyak yang kurang sempurna dan tidak diisi jawabannya.
     “Maaf Pak saya lanjutkan, setiap malam Gozwan keluar rumah. Habis Isya’ ke warung kopi (warkop) wi-fi. Sampai pukul satu malam baru pulang. Kemudian tidur. Jika malam minggu, malah full. Tidak pulang sampai minggu siang. Ketika azan subuh pun tidak sholat dan tidak mau dibangunkan, sampai siang.”
     “Apa yang telah Mbak Sri lakukan terhadap Gozwan biar tidak diulang lagi,” sahutku. Kupanggil Mbak Sri, karena dulu adalah muridku di SMPN 1 Kedungpring, Lamongan.
Dia menceritakan bahwa bapaknya telah mengingatkan Gozwan agar tidak larut malam kalau pulang dari warkop wi-fi. Tetapi tidak digubris, karena tidak ditakuti oleh anaknya. Sebagai seorang ibu, ia marah-marah dan mengomel dengan nada keras. Ia melarang anaknya pergi ke warkop wi-fi pada malam Senin sampai malam Sabtu. Kecuali malam Minggu.
     “Bagaimana tanggapan Gozwan, Mbak?” tanyaku.
     “Saya dipisuhi dan mau dihantam kursi. saya menangis Pak. Saya minta tolong hari ini, anak saya Njenengan panggil khusus. Jangan sampai tahu jika saya yang menyuruh. Sekali lagi tolong lembutkan hatinya Pak. Supaya tidak berani sama orang tua, dan mau sekolah dengan tertib. Sehingga jadi anak yang baik, begitu harapnya sambil menangis.
     “Ok, siap. Bismillah nanti  akan kupanggil, Mbak” demikian jawabku. Pembicaraan kuakhiri. Telepon kututup. Aku langsung berangkat kerja ke SMP Persatuan, Kedungpring, Lamongan.
      Waktu menunjukkan pukul 07.45. Kuambil tas, sepeda motor Supra X 2015 hadiah dari perusahaan susu ku-starter. Jalan raya agak buntu karena anak-anak SMAcampur SMP pada ngebut, salip-menyalip khawatir terlambat datang ke sekolah. Kukendarai motorku dengan kecepatan 50 km/jam. Jarak rumahku, Tlanak ke SMPN 1 Kedungpring sekitar 3,5 km. Hanya butuh waktu tempuh 7 menit.
     Sepeda kuparkir di tempat parkir permanen dengan cat warna biru Persela dengan lebar 4 m x panjang 21 m membujur ke timur-barat. Tepatnya berada di depan gedung SMPN 1 Kedungpring. Aku langsung masuk kantor ruang TU untuk ceklok wajah, lanjut ke ruang guru.
    Bel pertama berbunyi masuk kelas, aku menuju ke kelas IX-F jam pertama dan kedua mengajar Bahasa Indonesia. Usai KBM, jam ketiga aku kosong jam. Kebetulan sekali Gozwan habis pelajaran olah raga di lapangan upacara yang diajar Pak Latief. Oh iya, Pak Latif itu masih muda dan berwajah cakep, sehingga anak-anak semangat mengikuti pelajaran olah raga. Terutama anak-anak perempuan. Keringat anak-anak bercucuran. Kaos yang mereka pakai basah karena keringat. Selain itu wajah mereka menjadi hitam kemerahan terkena sengatan matahari pagi.
Keringat yang menetes di wajah anak-anak langsung diusap dengan kaos yang mereka pakai. Kulihat Gozwan berada di tepi lapangan dan berteduh, aku langsung menghampirinya.
     “Wan, tolong ikut Pak Guru. Ayo kita duduk sambil ngobrol di kursi itu,” tanganku menunjuk arah sudut utara lapangan upacara timurnya kelas unggulan.
     “Ya, Pak.” jawab Gozwan sambil berjalan mengikuti langkahku di tempat yang saya tunjuk.
Kami duduk di kursi dan meja taman baca. Tepatnya berada  di sudut lapangan upacara. Di bawah pohon mahoni yang rindang. Jam di tanganku menunjuk angkat 09.40. Matahari mulai panas.
     “Gozwan, Bapak minta, Gozwan bicara jujur kepada Bapak, ya. Selama ini kamu sering tidak masuk sekolah alpa, ada apa denganmu?” begitu kubuka obrolan. Dengan wajah berkeringat, Gozwan memandang saya dan menjawab dengan jelas.
     “Iya pak saya setiap malam ke warkop wifi sampai jam satu malam, terus saya pulang tidur bangun siang hari, sehinga saya sering  tidak masuk sekolah,” dengan  wajah tertunduk.
      “Mengapa ini terus menerus kamu lakukan dan kamu tidak memperhatikan nasehat Bapak dan Ibumu? Apa kamu tidak kasihan pada bapakmu yang bekerja di Surabaya. Sementara Ibumu yang bekerja sebagai TU di sekolahan? bahkan kamu berani kepada Ibumu dan melawannya, itu durhaka, dosa besar,” begitu pertanyaan yang ku sampaikan kepadanya.
     “Tolong patuhi perintah Bapak sebagai wali kelas. Berjanjilah pada kepada Bapak,  hari ini kamu harus sadar dan tidak mengulang lagi perbutannmu itu. Patuhi nasehat orang tuamu. jangan melawan dengan kata-kata yang keras dan bahkan melawannya.” Gozwan tertunduk malu dan mulai menyadari perbuatannya.
     “Coba Gozwan baca istighfar tujuh kali” lalu kubimbing membaca besama-sama.
     “Astaqfirulloh hal adzim, astqfirulloh hal adzim, astaqfirulloh hal adzim sampai 7 kali. Wajah Gozwan merunduk dan mulai berkaca-kaca. Saya tambahkan cerita ada anak yang berani durhaka pada ibunya bahkan pernah membentak-bentak ibunya. Apa kata-kata  yang keluar dari ucapan ibunya? Tenyata saking durhaknya anaknya bahkan harta benda dijual tanpa sepengetahuannya orang tuanya. Maka keluarlah ucapan “ Uripmu bakol kalonto-lonto gak iso gelok mangan, kowe bakal jaluk-jaluk”. Aku yang mendengar bagai disambar geledek siang bolong. Betapa terkejutnya aku mendengar dan menyaksikaannya. Akulah yang jadi saksi hidup Si Dol yang durhaka itu , ternyata betul-betul terlonta-lonta dan meminta-minta seperti orang gila. Oleh karena itu ketika kamu pulang sekolah nanti langsung mnta maaf pada ibu bapakmu, lebih-lebih pada ibumu dan ciumlah tangannya.
    “Ya, Pak saya tobat dan  saya akan lakukan perintah Bapak, maafkan saya ya Pak”. OK!
    “Semoga kamu jadi anak yang baik, rajin sekolah, jadi anak yang  sholeh berbakti pada orang tuamu”, demikian penutup motivasiku.
      Gozwan saya silakan masuk kelas ikuti pelajaan selanjutnya, jangan ngaku apa yang saya sampaikan kepadamu. Akupun melanjutkan mengajar sampai jam 15.00 sore karena di Kabupaten Lamongan full day.
     Keesokan harimya  jam istirahat jam 10.00 ketika aku di tempat parkir teleponku berdering. Langsung ku angkat “Hallo assalamualaikum, ada yang perlu dibantu” begitu sahutku.
     “Alhamdulillah matur suwun Bapak, kemarin ketika pulang sekolah jam 16.00 Gozwan langsung mencium tangan saya dan minta maaf dan tobat tidak mengulang kesalahannya dan akan masuk sekolah dengan rutin” dengan nada gembira anaknya berikhtikad baik.
     “Alhamdulillah Mbak semoga menjadi awal yang baik” sahutku.
     Keesokkan harinyanya Gozwan masuk sekolah berangkat pagi dan aktif menerjakan tugas-tugas guru dengan aktifdan tidak ngantuk lagi. Karena Gozwan adalah termasuk dalm pantauanku.
 Hari demi hari minggu demi minggu dan berganti bulan, Gozwan telah berubah aktif masuk sekolah tidak alpa lagi dan selalu mengerjakan tugas dengan ada peningkatan. Alhamdulillah rasa puas setelah menyelimuti hatiku karena anak yang keras hatimya dengan orang tuanya telah luluh dengan sentuhan hati. 









BIOGRAFI PENULIS




Mukminin, lahir di Jombang, 6 Juli 1965 mengajar di SMP Negeri 1 Kedungpring Lamongan sejak 1 maret 1989, sebagai guru bahasa Indonesia. Pekerjaan lain adalah sebagai Biro umroh dan haji plus PT. Arminareka Perdana Kantor Perwakilan Lamongan sejak 5 tahun yang lalu ( 2014). Hobinya membaca dan menulis. Setelah Pelatihan Menulis di PBG Bojonegoro, Jatim
memberanikan diri menerbitkan buku  perdana  yang akan terbit, judul   55 Pantun Nasihat diterbitkan Kelompok Majas Bojonegoro.

Komentar

  1. Luar biasa pengalamannya. Inilah yg disebut menciotakan moment dimana anak menjadi berubah karena menemukan guru tangguh berhati cahaya

    BalasHapus
  2. Makasih OmJay. Mhn bimbingannya terus

    BalasHapus
  3. keren cak. Menginspirasi kami agar anak selalu lebih baik dari hari kehari.
    Selamat untuk pengajuan peenrbitan bunukunya. SEmoga segera disetujui. Jangan lupa nanti kiri bukunya ya hehehehehe

    BalasHapus
  4. Pengalaman luar biasa.
    Insyaallah akan menginspirasi guru2 lainnya.
    Bagaimana memberikan pelayanan terbaik dg menghadirkan hati.
    "Ada yang bisa saya bantu?" saya juga selalu mengucapkan itu. Sukses terus ya Pak! 😀✍️💪

    BalasHapus
  5. Bukti, bahwa ide menulis bisa dari mana dan kapan saja. Terima.lasih diberi kesempatan membaca...salam literasi Bapak!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih. Pak Mashudi. Salam literasi

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

CURICULUM VITAE MUKMININ, S.Pd.M.Pd..

Kopdar 3 RVL di BBGP Batu Paling Bergensi

KATA PENGANTAR Buku Jejak Langkah Pena Sang Muda