Suara Adzan Berkumandang Usai Sholat Jumat di Pandemi Covit 19
Oleh : Mukminin
Tlanak, 17 April 2020
Terdengar suara adzan dari masjid Nurul Huda Tlanak, langsung Abah Tulus wudhu dan pakai sarung, bawa surban dan koyah Otok coklat khas Ngimbang, langsung kusteter sepada motorku. Jarak dari rumah hanya 150 m saja. Ketika aku sampai masjid jamaah hampir setengah masjid full.
Baris jamaah diatur di lantai dengan isolasi hitam dengan jarak 1 m ke kiri, ke kanan dan kebelakang. Abah Tulus masuk saja ketika adzan baru selesai. Aku dapat baris ke 4. Jamaah yang baru datang diatur oleh anak remaja masjid dengan memberi petunjuk pelet hitam isolasi di lantai granit warna cream. Banyak jamaah yang tidak mengerti. Akhirnya ruangan masjid bagian dalam sepanjang 15 x 30 m full.
Jamaah terus berdatangan walau dengan ancaman Corona. Baris jamaah di di teras Utara full dengan jarak 1m begitu juga yang di teras timur tetap rapat karena tidak muat.
Jamaah sholat Jumat sekitar 300 orang. Banyak jamaah yang pakai baju putih, sarung aneka warna dan kebanyakan kopyah warna hitam, kecuali jamaah yang pernah haji atau umroh sebagian besar Kopyah putih dan sajadah atau surban.
Begitu pula Abah Tulus baju putih dan sarung hijau sorban putih yang dibeli di Makah waktu haji.
Setelah masuk masjid Abah Tulus langsung sholat sunah tahiyatul masjid 2 rekaat, demikian juga jamaah yang baru datang . Masjid bau wangi karena dipel dengan desinfektan. Tembok masjid full keramik warna hijau muda.
Adzan kedua dikumandangkan oleh bilal Cak To dengan memegang tongkat dan imam mengambil tongkat langsung ke podium.
Khotib kali ini adalah Haji Alim sarjana agama alumni IAIN Surabaya dengan pekerjaan sehari - hari tukang las terkenal.
Khutbat berlangsung singkat 15 menit tapi mengena. Khotib bersyukur membaca Hamdallah membaca sahadatain, lanjut pesan untuk selalu taqwa menjalankan perintah Alloh dan menjauhi larangannya walau ditengah wabah Corona ata paebluk orang Jawa mengistilahkan jaman dulu. Kalau ada wabah melanda dan lama karena tidak tahu namanya.
Pesan Khotib hanya 3 hal. Kita selalu berdoa sapu jagat yang dibaca setiap akhir sholat. Yaitu "Robbana atina fiddunya Hasanah Wafil akhiroti hasanah waqina adza bannar. Yaitu meminta kepada Alloh supaya hidupnya bahagia dunia dan bahagia akhirat dan dijauhkan dari api neraka.
Ada 3 ciri orang mendapatkan kebahagiaan itu:
Pertama hati yang selalu bersyukur kepada Alloh dala keadaan apapun seperti sekarang ini wabah Corona ,
Kedua lisan yang selalu dikrulloh , yaitu dimana pun kapanpun selalu menyebut nama dan
mengingat Alloh dengan beristigfar bertasbih, tahmid, tahlil , baca sholawat nabi Zakaria
Yang ketiga suami atau istri yang salu mejaga kesucian diri, hartanya dan keluarganya.
Kemudian brek sebentar bilal baca sholawat jamaah berdoa diantara 2 kutbah karena mustajabah. Khotib berdiri untuk khotbah kedua dengan baca sholawat nabi ditutup doa.
Muadzin komat untuk sholat jamaah jumah dengan lurus jarak samping kiri kanan dan belakang 1m. Karena aturan wabah Corona. Usai sholat sesuai perintah kab Lamongan kalau sholat jamaah dibolehkan daerah yang tidak ada penduduk yang positif Corona jarak jamaah 1 m, usai adzan cepat cepat komat. Setelah sholat wiridan jangan lama-lama langsung doa pulang tanpa bersalaman.
Tapi ini usai sholat wiridan panjang waktunya. Sebagian besar dia sendiri langsung pulang karena penduduk musim panen pafmdi. Tinggal jamaah sepertiga masjid bertahan ikuti wiridan dan doa imam.
Baru berdoa hujan" Kletok-kletok' terdengar suara makin lama makin deras sekali. Sebagian langsung nekat tinggal 15 orang yang terpaksa kebeteng tidak bisa pulang. Sambil menunggu hujan reda, Abah Tulus dengan pak Karji, pak Modin dan pak Soho omong-omong omong di teras utara, 6 orang disebelah baratnya, di dalam masjid ad 6 orang juga dan hujan semakin menjadi jadi digugurlah bumi dengan air yang segar dan bonus ada angin uang bertuliskan sangat kencangnya dengan suara gemuruh dari arah timur.
Kami mepet ke tangan tembok kaca masjid karena kekepyuran atau ketampon air hujan. Pohon trembesi di depan masjid yang besar meraksasa dahannya hampir menyentuh tanah, sudah berumur ratusan tahun dahannya sebagian patah. Daun 2 pohon beringin di semping timur laut masjid yang meraksasa berdekatan daunnya berguguran rontok bagai uang yang ditabur dari pesawat, jatuh berguguran melayang-layang layang berurutan dan urut rapi yang menyebar ke dalam teras masjid dan genting TK dan pelatarannya. Bagai orang menabur benih jatuh berurutan ratusan turun ke bawah.
Angin semakin kencang "Monggo Pak Soho baca sholawat" begitu ajak Abah Tulus ke jamaah yang tersisa. "Geh, Bah, begitu jawab Pak Soho. Kulihat arah timur masjid ke arah perumahan penduduk Angi gemuruh. Z terkejutah Tulus terkejut dengan suara Adzan setelah 30 menit dari sholat Jumat.
Abah Tulus mencari sumber suara dari mana ini? "Paak Karji suara adzan dari mana ini?" tanyanya kepada bendahara masjid yang duduk di depanya, tanya Abah Tulus.
" Mosok dari mushola timur, Pak", begitu sahutnya.
"Apakah suara corong musholla penduduk yang berada di timur masjid", pikirnya. Ini tanda orang-orang dulu kalau ada hujan angin ribut melempar pacul, arit, sapu kerik, ke latar depan rumah lalu adzan.
Ini mengingatkan Abah Tulus 40 tahun yang lalu ketika masih kecil masih SD bersama bapak dan emaku di desa.
Langsung Abah menujuTulus ke teras timur majid di pelataran ada 2 rombong orang jualan pentol yg kehujanan, alhamdulilah ada payungnya. Dan di teras timur ada 2 pedagang pentol dan ada Cak To muadin.
"Eh ternyata Cak To yang adzan dengan suara keras waktu hujan deras dan angin kencang". gumamnya. Dengan suara "Allohhuakbar Allohhuakbar 2 x, Ashadualla Ilaha illah 2x, sampai adzan selesai....kelihatan Cak To adzan di sudut teras masjid sebelah timur dengan menutup telinga.
Alhamdulilkah 10 menit kemudian hujan mulai reda tinggal gerimis kecil, - kecil Abah danTulus dan teman-teman jamaah pada pahit pulang.
Komentar
Posting Komentar