Puasa Hari Ke-2, Kajian Pembagian Ramadhan dibagi 3 Tahapan.

 Puasa Hari Ke-2

Kajian Pembagian Ramadhan dibagi 3 Tahapan. 


Jam 03.05 aku dibangunkan suara ngaji ustad Wakit dari corong speker masjid Nurul Huda yang jarak dari rumahku 250 M saja. Saya bangunan minum 1sendokmadu dengan air 1 gelas. Lanjut bersuci ke kamar mandi. Karena istri piket ada pasien yang melahirkan di puskesmas  Kedungpring,  maka  menyiapakan makan saur untuk saya dan anak perempuan saya Annisa' Hanifa Mukmin. Saya menggoreng 2  dadar telor kampung dan membuat kopi susu untuk penghangat tubuh saya.  

Anak saya Annisa' saya bangunkan.untuk sholat malam dan sahur, saya sholat malam dulu. Ketika imsyak kurang 25 menit saya sahur sendiri di ruang makan di dapur anak saya di kamar kebiasaan dengan mengerjakan tugas. 

Terdengar imsyak kurang 7 menit sahur saya akhiri dan saya pergi ke masjid dengan jalan kaki dengan disapa udara yang segar semriwing  karena kemarin sore hujan angin. Alhamdulilah aman. Sesampai di masjid masih ada 3 jamah laki-laki dan 3 jamah perempuan. Saya langsung tahiyatul masjid dan iktikaf sambil nunggu adzan dan sholat subuh berjamaah.

 Berbondong-bondong jamah datang ketika adazan subuh. Jamah masjid Nurul Huda memang terkenal di Kecamatan Kedungpring, jamaah sholat rowatib setiap harinya paling banyak rata-rata 50 jamaah putra dan 50 jamah putri. 

Kumandang iqomah tanda sholat subuh dimulai. Kami takbir, rukuk, sujud berasama imam Ustadz Wakit. Usai sholat wiridan dan berdoa dilanjutkan kultum atau kuliah 7 menit yang selalu diadakan habis sholat subuh walau tidak bulan Ramadhan. Kultum pagi ini dengan tema 3 tahapan dalam puasa dan dibuka dengan  tujuan berpuasa. 

Tujuan berpuasa adalah melaksanakan perintah Allah sdbagai rukun Islam yang ke-4 dan wajib dikerjakan bagi orang beriman. Kecuali dalam keadaan sakit dan perjalanan jauh bisa diganti di hari lain.  Puasa Ramadhan bertujuan meningkatkan ketakwaan kita ke pada  Allah untuk menjadi hamba yang Muttaqin. 

Dalam puasa ada 3 tahapan:

1. Tahapan 10 hari pertama sebagai Rahmah. Allah mencurahkan rahmatnya kepada hambanya yang berpuasa. 

2. Tahapahan 10 hari pertengahan, Allah memberi maafiroh atau pengampunan kepada hambanya yang berpuasa dengan benar sesuai dengan   syariat.  

3. Tahapan 10 hari terakhir sebagai hadiah terbesar yaitu Allah memberi kebebasan api neraka.

Usai kultum banyak jamaah yang pulang dan ada 1 bapak yang selalu membaca Al-quran Setiap Hanis jamaah di masjid yang selalu dilakukan Istikomah sejak belum Ramadhan. Aku sangat iri sekali. Daan ada kelompok anak-anak sekolah SMP dan SMA yang langsung tadurus Al-Qur'an dengan speker sampai jam 06.15. 

Sesampainya di rumah aku cari tahundi google tentang hadis tadi, maka kudapatkannya. 

Mari kita ikuti pencerahan tentang pembagian Bulan Ramadhan dibagi 3 tahap yang disampaikan* Ustadz Muhammad Alvin Nur Choironi (Kamis, 16 Mei 2019 18:30 WIB)sebagai berikut: 

Kualitas Hadits Pembagian Ramadhan Menjadi 3: Rahmat, Maghfirah, Itqun Minannar.

Bulan Ramadhan menjadi bulan tampilnya para dai. Mulai di masjid-masjid hingga di layar kaca televisi. Ajakan dan motivasi untuk berbuat baik di bulan Ramadhan, mulai bersedekah, beribadah dan lain sebagainya juga tersebar di berbagai media dakwah. 

Tak ayal, untuk mendukung dan melegitimasi ajakan dan motivasi tersebut, terkadang para dai belum mampu menyaring hadits-hadits yang digunakan, bahkan masih ada yang menggunakan hadits dhaif untuk memotivasi orang untuk beribadah.

Salah satu hadits yang sering digunakan oleh para dai adalah terkait pembagian keutamaan bulan Ramadhan menjadi tiga, yaitu sepuluh hari pertama rahmat, sepuluh hari kedua adalah ampunan, dan sepuluh hari ketiganya adalah terbebas dari api neraka.

أوله رحمة، وأوسطه مغفرة، وآخره عتق من النار

Artinya, “Awal bulan Ramadhan adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, sedangkan akhirnya adalah terbebas dari neraka.”

Hadits ini diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Syuʽabul Iman dan juga diriwayatkan oleh Ibn Khuzaimah dalam Sahih ibn Khuzaimah. Walaupun diriwayatkan oleh Ibn Khuzaimah dalam Sahih-nya, menurut al-Suyuthi, hadits ini bermuara pada satu sumber sanad (madar), yaitu Ali ibn Zaid ibn Jadʽan yang divonis oleh para ulama sebagai orang yang dhaif. Sedangkan orang yang meriwayatkan hadits tersebut dari Ali ibn Zaid adalah Yusuf bin Ziyad yang divonis dhaif parah (dhaif jiddan). Walaupun ada ulama lain yang juga meriwayatkan hadits ini dari Ali bin Zaid, yaitu Iyas ibn Abd al-Ghaffar. Sayangnya Iyas sendiri juga orang yang majhul menurut Ibn Hajar al-Asqalani. (Lihat: al-Suyuthi, Jâmiʽ al-Aḥâdîts, [Beirut: Dar Fikr, t.t], j. 23, h. 176.)

Lantas, apakah hadits tersebut bisa diamalkan?

Pada prinsipnya, hadits yang berkaitan dengan fadhail amal (keutamaan beramal) itu boleh diriwayatkan atau dalam konteks pembahasan tulisan ini, boleh digunakan untuk ceramah, walaupun dhaif. 

Mahmud al-Thahhan menyebutkan bahwa hadits dhaif bisa disampaikan atau diriwayatkan, bahkan tanpa menyebutkan kedhaifannya, namun dengan dua syarat berikut: 

Pertama, tidak berhubungan dengan akidah, seperti sifat Allah subhanahu wata’ala, dsb. 

Kedua, tidak berhubungan dengan hukum syariat seperti halal dan haram.

Mahmud al-Thahhan menambahkan bahwa ada juga beberapa ulama yang menggunakan hadits dhaif untuk semacam memberikan ceramah atau tausiyah, seperti Sufyan al-Tsauri, Abdurrahman bin al-Mahdi dan Ahmad bin Hanbal.

تجوز روايتها في مثل المواعظ والترغيب والترهيب والقصص وما أسبه ذالك. وممن روي عنه التساهل في روايتها سفيان الثوري وعبد الرحمن بن المهدي وأحمد بن حنبل.

Artinya, “Boleh meriwayatkan hadits dalam hal ceramah, anjuran, ancaman, kisah, dan semacamnya. Beberapa ulama yang toleran meriwayatkan hadits dhaif (terkait maidhah, anjuran, ancaman, kisah, dsb) adalah Sufyan al-Tsauri, Abdurrahman bin al-Mahdi dan Ahmad bin Hanbal). (Lihat: Mahmud al-Thahhan, Taysîr Musṭalaḥ al-Hadîts, [Riyadh: Maktabah al-Maarif, 2004], h. 80).

Namun, ketika seorang penceramah telah mengetahui bahwa hadits itu dhaif, jangan meriwayatkan atau menyampaikan dengan sighat jazm (sighat yang meyakinkan bahwa itu benar-benar dari Rasulullah), seperti dengan lafaz “Qâla Rasûlullah” dan semacamnya. Tapi hendaknya meriwayatkan dengan sighat tamridh saja, seperti “qîla” atau “ruwiya”. Ini adalah salah satu tindakan untuk berhati-hati, karena telah mengetahui status kedhaifan hadits tersebut.

Alangkah lebih baiknya jika dikuatkan dengan hadits lain yang secara substansi sama tapi lebih sahih sanadnya.

 Misalnya hadits riwayat al-Tirmidzi dan Ibn Majjah berikut ini:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَ قَالَ : إِذَا كَانَتْ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ ، صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ ، وَمَرَدَةُ الْجِنِّ ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ ، فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ ، وَفُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ ، فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ ، وَنَادَى مُنَادٍ : يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ ، وَذَلِكَ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ.

Artinya, “Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Ketika tiba awal malam bulan Ramadhan, para setan dan pemimpin-pemimpinnya dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup dan tidak ada yang dibuka. Pintu-pintu surga dibuka dan tidak ada yang ditutup, lalu ada penyeru yang berseru, ‘Hai orang yang mencari kebaikan, teruskanlah. Hai orang yang mencari keburukan, berhentilah. Sesungguhnya Allah membebaskan orang-orang dari neraka, dan itu terjadi pada setiap malam’.” (Lihat: Ibn Majjah al-Qazwaini, Sunan Ibn Majjah, [Beirut: Dar Fikr, T.t], j. 2, h. 26.)


Dalam hadits di atas disebutkan lebih umum, bahwa semua kebaikan dan keutamaan ada dalam bulan Ramadhan. 

Namun, jika ingin lebih berhati-hati, usahakan untuk tidak menggunakan hadits dhaif dan memilih hadits yang sahih saja.

Guru besar ilmu hadits Kiai Ali Mustafa Yaqub rahimahullah menyebutkan bahwa hadits yang menjelaskan bahwa cukup menggunakan hadits sahih tentang orang yang puasa Ramadhan akan mendapatkan keutamaan diampuni dosannya yang lalu, sebagaimana riwayat al-Bukhari berikut:

من صام رمضانَ إيمانا واحتسابا غُفِرَ له ما تقدَّم من ذَنْبِهِ

Artinya, “Siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala dari Allah maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari)

Atau juga bisa dengan redaksi yang lebih umum, yaitu qâma ramadlâna, yang juga diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.

من قام رمضان إيمانا واحتسابا غُفِرَ له ما تقدَّم مِنْ ذَنْبِهِ ، ومن قام ليلةَ القَدْرِ إيمانا واحتسابا غُفِرَ له ما تقدَّم مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya, “Siapa yang menghidupkan bulan Ramadhan (dengan puasa atau ibadah) dengan iman dan mengharap pahala dari Allah Swt. maka diampuni dosanya yang telah lalu, dan siapa yang menghidupkan (beribadah) malam lailatul qadar dengan iman dan mengharap pahala dari Allah subhanahu wata’ala maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kiai Ali Mustafa Yaqub menyatakan bahwa hadits ini sudah cukup untuk menjelaskan keutamaan beribadah pada bulan Ramadhan, tanpa harus menggunakan hadits-hadits dhaif bahkan maudhu‘. Ini dilakukan dalam rangka berhati-hati agar kita tidak terjerumus untuk berbohong atas nama Nabi Muhammad. Wallahu a’lam.


*Ustadz Muhammad Alvin Nur Choironi, pegiat kajian tafsir dan hadits, alumnus Pesantren Luhur Darus Sunnah.

Semoga kajian ini menjadi pencerah bagi kita umat Islam. Dan mohon maaf kajian ini tidak perlu diperdebatkan, saya hanya membagikan  dalam rangka ikut pesan Nabi. Sampaikan dariku walau satu ayat. Semoga ada guna dan manfaatnya. 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 


Rumah Syiar Tlanak, 14 April 2021

Komentar

  1. Wuiih mantap kajiannya cak.. semoga puasa kita diberikan kelancaran dan dapat Pahala 3 tahapan tsb. Amin.

    BalasHapus
  2. Subhanallaah..yah Bagus Pak 👍
    Hendaklah kita s3bagai umat muslim menggunakan hadist yang shohih, sehingga amalan di terima oleh Allah SWT & dan tidak sia-sia mengerjakannya.
    Di masyarakat kita masih banyak menggunakan hadist2 dhoif/lemah di jadikansumber praktek amalan mereka sehari-hari.

    Yacy kita jadikan Bulan Ramadhon ini s3bagai Syahrut Tarbiyyah dari Allah. BARAKALLOOH 🙏

    BalasHapus
  3. pertengahan, Allah memberi maafiroh atau pengampunan kepada hambanya yang berpuasa dengan benar sesuai dengan syariat.
    Semoga tahapan ke dua ini benar benar berkah ya pak

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

CURICULUM VITAE MUKMININ, S.Pd.M.Pd..

Mengapa Naskah Buku Kita Ditolak Tim ISBN?

Menenun Mimpi Menggapai Asa Tahun 2023