Tergesa-gesa Tiada Guna

 Tergesa-gesa Tiada Guna


Oleh : Mukminin  

Pagi jam 07.00 aku wa keponakanku yang ada di poli akupuntur RSUD dokter Soegiri Lamonagan. Saya minta didaftarkan di loket untuk cabut gigi. Biar tidak lama antrian dengan mengirim KTP. 

Pukul 09.37 aku   dan Annisa' anakku yang kedua  saya ajak mengambil roti tar ultah ke-47 lstriku. Saya memakai sepeda motor Honda Spirit plat  merah milik Puskesmas yang diberikan hak pakai istri ku. Sepeda sudah agak lama operan dari Pak Totok KTU yang sudah pensiun. Dengan kecepatan 70 km perjam melalui persawahan tanaman padi yang menghijau subur. Cukup lama udara panas tidak hujan, alhamdulillah 1 minggu ini Kedungpring hujan deras dan udara jadi dingin.  Sayangnya 6 desa Zona merah termasuk desaku Tlanak sudah meninggal 10   orang  terkena Covid-19, 16 masuk rumah sakit terpapar.  Sepanjang 5 km dengan aspal  jalan bergelombang  baru ketemu jalan raya arah Jombang Babat.  Jalan raya ramai sekali kendaraan truk, Colt tepak dan mobil  pribadi, begitu pula pemakai motor. Jalan nanjak menuju gunung pegat, yaitu gundukan gunung kapur yang digunakan untuk untuk bangunan  dan semen Gresik. Lalu jalan menurun agak tajam menuju kota wingko Babat.

Saya langsung menuju toko roti Lily yang terkenal di kota Lamongan, Tuban, Bojonegoro. Anakku langsung ambil roti tar dan beli tambahan roti yang bungkusan lepas bijian. Jarak rumahku ke Babat 10 km. Jam  10.02 saya sudah sampai rumah. Lalu aku shalat dhuha 4 rekaat.  

Istri datang dari orang Sakit dan ngurusi orang-orang yang terpapar Corona baik yang hidup maupun meninggal dunia. Selesai shalat aku ngebut sebab  mendung hitam hampir turun saya pakai sepeda motor untuk mempercepat waktu. Kalau membawa mobil cukup lama karena jalan raya depan rumah Kedungpring ke Lamongan sangat ramai pengendara motor. Dengan berdoa semoga lancar dan tidak hujan. Ke geber saja sepeda plat merah agak ngorok sedikit. Perjalanan sudah 15 km mendung semakin gelap. Hujan rintik-rintik saya lanjutkan saja motorku belum memakai jas hujan. Sepeda sempat minggir jalan raya untuk memakai jas hujan tetapi belum deras. Baru maju 200 m hujan turun lebat maka aku minggir lagi memakai jas hujan. Perjalanan saya lanjutkan dengan menambah kecepatan motor perjalanan sudah mencapai 18 km jam menunjukkan pukul 10.45. "Wah, kesiangan ini ke rumah sakit", gumamku.  Hujan semakin deras. Tiba-tiba aku ingat surat rujukan dari Puskesmas Kedungpring ke Poli Gigi RSUD Lamongan ternyata  tertinggal di almari kamar. "Ya, Allah, Astagfirullah haladziiim", ucapan spontanku. 

Kuputuskan kembali tidak jadi ke rumah sakit karena surat rujukan tertinggal dan baju depan basah. Motor ku bawa minggir trotoar langsung kembali dengan guyuran hujan semakin deras menatap mataku. Aku berpikir langsung saja ke toko buku  untuk menemui TU saya Mas Agus untuk ngecek orderan buku, pembuatan  cover dan layout dan editan buku. Karena dalam bulan Mei dan Juni ini banyak buku teman-teman PGRI yang mecetakan.ke Kamila Pres Lamongan.

  








Setelah hujan reda aku minggir di depan toko bangunan untuk melepas jas hujan. Lalu ku  telpon mas Agus, "Mas Agus di toko"? "Ia Pak lembur cover dam revisi buku", jawab mas Agus. "Ok, aku ke situ", sahutku. Karena tujuan pertama gagal, sebab tergesa-gesa kurang persiapan, maka balik kanan ambil langkah tujuan kedua menyelesaikan buku-buku orderan yang sudah numpuk ada 15 buku. 

Perjalan butuh 15 menit sekitar 18 km. Mendekati toko dan UNISDA Lamongan aku kebeket pipis, maka langsung belok masjid Sabilillah yang sering saya mampir shalat di sini sambil nunggu shalat dhuhur kurang 10 menit. Aku ikut jamaah terus ke toko. Hanya  2 orang saja yang di toko buku, yaitu mas  Agus dan mas Anam keduanya keduanya jagoan buat vover buku, Layout dan edit serta buat PO buku. Yang mas Hery katanya minta  izin ke Universitas swasta di Surabaya untuk menemui dosennya dulu  waktu kisah  S1 bahasa dan Sastra Indonesia di sini. Kata mas Anam ada urusan penting yaitu skripsinya dibajak dosennya untuk membuatkan Tesis S2 mahasiswa. "Lo, kok yo masih ada saja kegiatan plagiasi", ujarku. "Ya, Pak, skripsinya dicontoh plek persis tanpa dirubah", kata Anam. Lalu saya tanya, "Lo kok  tahu mas Hery kalau skripsinya dibajak orang", lanjut tanyaku. "Ia, Pak, Hery membaca di internet. " "Semoga tobat orang-orang yang jualan Tesis atau skripsi atau Desertasi", ceplosku. ****

Aku langsung  menghadap mas Agus yang sedang membuat cover buku. Setelah jadi saya kirim ke bapak....supaya ditanggapi kurang bagaimana. Kalau ada saran tetap kami perbaiki sesuai permintaan sampai cover.buku,  layuot dan Isi  deal. Baru naik  cetak dan pemesan buku bayar.  

Hujan turun lagi dengan derasnya jam.13.20 perutku sudah keroncongan lapar. Mas Agus saya ajak untuk makan di warung Wilujeng sebelah selatan 300 m di tengah sawah. Warungnya ramai sekali jual pecel dan soto Babat yang enak sekali. Mangkanya warungnya ramai pol.  Anam tidak mau ikut tapi kubungkuskan saja,  Kelihatannya malu-malu. Aku makan dengan banyak orang. Lalu membawa bungkusan ke Anam di toko.

Jam 14.40 aku pamit pulang mampir masjid Sabilillah karena ada panggilan adzan untuk. Jaamah shalat Asyar.

Sampai rumah jam 16.000, aku ketemu istriku yang baru dari piket di Puskesmas. " Bagaimana Mas, giginya sudah dicabut yang mana", tanya istriku. "Gak jadi Dik, surat rujukan ketinggalan dan aku kehujanan akhirnya ke anak-anak toko buku menyelesaikan orderan", jawabku. "La, tiwas ngebut gak Sido", lanjut istriku. "Kapan ke rumah sakit lagi untuk cabut gigi", sambung istriku. " Insya Allah Kamis besok, jawabku. Aku langsung istirahat. 

.

Komentar

  1. MANTAB. SEMANGAT DAN TELATEN UNTUK MEMBANTU PENULIS PEMULA.

    BalasHapus
  2. Kisah seharian penuh makna....karena srmpat ditulis seperti bab auto biografi... Mantap cak Inin. Salam Literasi

    BalasHapus
  3. Yang penting orderan buku lancar. Sukses Pak

    BalasHapus
  4. Kisah harian ditukisa dengan cara yg cantik dan elegan

    BalasHapus
  5. Cerita yang sangat mengalir, sampai saya berasa ikut kehujanan he..he...

    BalasHapus
  6. Pulang ke rumah langsung pijet dan jamu pak Mukmin...he..he..he..
    Bacanya saja , sudah melu capek..🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sehat sll kalau.kita nikmati tdk capek.bun

      Hapus
  7. Cerita yang ditata apik, tapi masukan saja pak, perlu lebih konsisten penggunaan kata aku dan saya, bs dipilih salah satu.

    BalasHapus
  8. Kereennnnn....aduh makasih banyak, bukuku ikutan mejeng di situ, bangga deh
    terus semangat untuk menulis,,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap dlm rangka ngeras ngerus Bun. He he he

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

CURICULUM VITAE MUKMININ, S.Pd.M.Pd..

Di Usia 56 Tahun Aku Berkarya dan Berprestasi

Hadiah Ultahku ke-59 Tahun Puding dan Buku Solo