Belajar Menulis Tatika Bersama Dr. Tengsoe Tjahjono dan Pak Eka Budianta

 Belajar Menulis Tatika Bersama Dr. Tengsoe Tjahjono dan Pak Eka Budianta 

Pada minggu kedua Agustus 2023 Buku Antologi Tatika yang berjudul "SUWUNG" Kitab Cerita Tiga Kalimat telah terbit, dan sampai pelekanku.  Buku ini adalah karya dari penatika grup anggota Sastra 3 asuhan dan foundernya  Pak Tengsoe Tjahjono. 

Karya yang terbit dalam buku SUWUNG adalah karya yang lulus kurasi. Dari 100 lebih penulis Tatika (Penatika) yang kirim naskah hanya 50 peserta yang lulus. Nama-nama penulis Penatika tertampang di cover belakang. Sedangkan cover buku depan hanya judul dan gambar burung hantu. Judul ini diambil dari salah satu judul Tatika karya Cicillia Evie S. Rahardjo pada halaman 14. 

Teman-teman dari grup RVL aktif yang lulus kurasi ada 3 orang yaitu Bu Khatijah, Bu Widwi Astuti atau Tung Widut, dan saya sendiri Cak Inin Mukminin. Saya kirim Tatika 6 judul, alhamdulillah lulus 3 judul dan masuk dalam buku SUWUNG:

Tiga karya Tatika:








Sebelum ke materi bedah buku Tatika SUWUNG, alangkah lebih baik kita mengenali Tatika lebih dulu.

Tatika adalah genre baru termasuk dalam sasta 3. Penggagasnya Dr. Tengsoe Tjahjono, M.Pd. Beliau dosen UNESA yang dikenal sebagai sastrawan. 

SASTRA 3 meliputi Pentigraf, Putiba, Putibar, dan Tatika. Tatika kependekan dari Ta (cerita)Ti (tiga) Ka (Kalimat).Tatika adalah cerita tiga kalimat. Prinsipnya tidak jauh dari Pentigraf (Cerpen tiga paragraf). Jika kita sudah memahami pentigraf dengan benar, akan lebih mudah memahami Tatika. 

Walaupun hanya tiga kalimat, elemen narasi ( tokoh, alur, dan latar) harus tetap hadir untuk bersama-sama membangun atau mendukung tema.

Secara umum ciri-ciri Tatika:

1. Terdiri atas hanya 3 kalimat yang ditulis berkesinambungan dalam satu paragraf.

2. Hendaknya memakai beragam kalimat.

3. Panjang kata sekitar 70-75 kata.

4. Berfokus hanya pada persoalan seorang tokoh. 

5. Elemen narasi yang terdiri atas tokoh, alur, dan latar harus berkelindan secara kompak mendukung tema. 

6. Terdapat kejutan atau ketakterdugaan. 

7. Hanya boleh terdapat satu kalimat langsung dalam Tatika. (Hal.76 dalam buku Berumah Dalam Sastra 3; Tengsoe Tjahjono).

Sebelum buku dikirim,  pada hari Senin 17 Juli 2023 pukul 19.00 dilaksanakan bedah buku Tatika "SUWUNG" di Bengkel Sastra Tiga Indonesia dengan nara sumber Pak Eka Budianta. Tema bedah buku "Mengapa Tatika. saya Tertolak". 

Ada contoh 6 Tatika yang ditolak dan dibahas, tapi di sini sy ambil tiga saja untuk berbagi teman-teman yang ingin menulis Tatika dengan benar. 

Tatika 1 yang berjudul 

TEGURAN

Meski ditentang oleh beberapa pengurus takmir yang lain, Abikue kekeh pada rencana memugar bangunan masjid lama untuki dalihfungsikan menjadi tempat parkir bagi jamaah. Dengan kharismanya sebagai ketua takmir, dalam waktu singkat Abi sudahi bsa mengumpulkan donasi lebih dari 50 juta. "Alloh sedang menegur Abi yang terlalu memperturutkan ambisi dan melupakana jsa pewaqaf dan pendiri," kata Abi pada hari dimana semua isie rkening tabungannya ludes dalam sekejap setelah beberapa saate menerima telepon dari seseorang.

Tanggapan Pak Eka Budianta terhadap Tatika 1 yang berjudul TEGURAN:

Perlu tiga sampai lima kali membaca tatika berjudul Teguran itu. Sayangnya, kita tidak merasakan teguran diharapkan oleh penulisnya. Mungkin struktur kalimatnya amburadul, sehinggaa mksudnya tidak jelas.a Sran saya, Teguran menjadi tatika yang bagus bila diringkase lebih lugas. Misalnya: (1) Abiku ditegur pengurus takmir ketika memaksakan bangunan masjid lama digusur menjadi tempata prkir. (2) Dengan kharismanya, Abiku berhasil mengumpulkano donasi Rp50juta. (3) Isi tabungannya ludes, setelah mendapat telpon yang Abiku percaya sebagai teguran Allah.

Tatika 2 dengan judul 

TAK SEMUANYA HARUS DENGAN KATA

Aku terkejut melihat pintu kamar Ayah terbuka, tak mungkin ide melakukannya, tergesa kupastikan keadaannya. Ayah sudaha sangat renta di usianya yang ke-90, tak ada lagi yang hidupe kcuali mata, senyuman, dan gerak lambatnya, ia benar-benarh hanya berbaring dalam keheningan. Tetapi kudengar ia tertawa, matanya terlihat berbinar gembira, saling menyentuhe dngan lembut, tanpa kata berbagi cinta dengan anakku, yang brusia 17 bulan. 

Tanggapan Pak Eka Budianta terhadap Tatika 2 yang berjudul TAK SEMUA HARUS DENGAN KATA:

TAK SEMUANYA HARUS DENGAN KATA

Aku terkejut melihat pintu kamar Ayah terbuka, tak mungkin ia melakukannya, tergesa kupastikan keadaannya. Ayah sudahsangat renta di usianya yang ke-90, tak ada lagi yang hidup kecuali mata, senyuman, dan gerak lambatnya, ia benar-benarh anya berbaring dalam keheningan. Tetapi kudengar ia tertawa, matanya terlihat berbinar gembira, saling menyentuhe dengan lembut, tanpa kata berbagi cinta dengan anakku, yange berusia 17 bulan

Tatika ketiga

DI BALIK TULISAN

Lisa, adikku seorang gadis manis berkebutuhan khusus, adalah purnama cerah, sepeninggal orang tua kami merantau ke negeri jiran untuk membiayai pengobatan dan pendidikannya. Ia suka sekali membaca status temantemanku di Facebook aku terutama teman-teman yange membutuhkan dukungan doa. Tak lupa ia menuliskan kata "Amin" dan "Terima Kasih" pada status tersebut setelah ia menunduk hening berdoa.

Tanggapan Pak Eka Budianta terhadap Tatika 3 yang berjudul DI BALIK TULISAN:

Tatika ketiga ini sebetulnya bisa mengharukan. Kalau hal ini sebuah kejadian yang sesungguhnya, saya rasab isa masuk ke dalam antologi yang diterbitkan. Sayangnya, kalimat pertama menyajikan terlalu banyakn iformasi. “Lisa, adikku seorang gadis manise berkebutuhan khusus, adalah purnama cerah .... dst. ”Gadis manis -  purnama cerah – menjadi rancu setelahi ditambah “sepeninggal orangtua kami merantau ke negeri jiran untuk membiayai pengobatan dan pendidikannya.”

PENUTUP

Berkat delapan tatika yang ditolak itu, kita bisae mnarik kesimpulan.Pertama, secara teknis tatika harus tegas, lugasdan cerdas.

Kedua, dengan tiga kalimat kita ditantang untukm menyerap perhatian dan memberikan kejutan. Dengan kalimat yang terlalu panjang, bertele-tele, perhatian sulit didapat.

Ketiga, untuk menghidangkan imajinasi kita perlu bahasa yang sederhana. 

Akhirnya, kemampuan menyimpan rahasiae slalu diperlukan bagi yang ingin berhasile mnulis tatika. Inti permasalahannya harus jelas. Tujuannya bisa mengharukan, menjengkelkan, menimbulkan rasa marah, tetapi tetap menjunjung kearifan dan kebijaksanaan.

Komentar

  1. Menelusuri proses penciptaan Tatika, saya jadi teringat akan saran KangMas Suprihationo Sardi Semarang. Ketika itu beliau menyarankan jika berbagi kisah di GWA/WAG agar panjangnya tak lebih dari 100 kata. Bila kisah yang terbangun ternyata lebih dari 100 kata, disarankan untuk dishare berseri. Tentu saran ini bagi yang tidak menuliskannya terlebih dahulu di blog atau web seperti Cakinin ini. Tatika dapat menjadi satu di antara alternatif solusi. Selamat berprestasi, Cak Inin .... Barokallah ....

    BalasHapus
  2. Baru tahu soal tarikan dan in sya Allah mendapatkan pencerahan
    Terima kasih Cak Inin

    BalasHapus
  3. Mantap, terimakasih Pak! Serba cepat, tetapi cerita rampung dalam satu waktu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jih memang mengikuti zaman serba cepat.Maka Tatika ( Ceritq Tiga Kalimat) singkat cepat imajinasi dan memghibur. Terima kasih

      Hapus
  4. Selamat untuk Cak Inin atas lolosnya karya tatika di Suwung. Mantap dan terimakasih ilmunya. Semoga sy bisa menyusul ...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

CURICULUM VITAE MUKMININ, S.Pd.M.Pd..

Mengapa Naskah Buku Kita Ditolak Tim ISBN?

Menenun Mimpi Menggapai Asa Tahun 2023